Cerita Inspiratif Tentang Sebuah Tanggung Jawab
1. Sebuah cerita inspiratif yang saya ambil dari kisah nyata. Semoga kita mengambil sebuah hikmahnya.
Berawal ketika perkumpulan orang, sering kita sebut sebuah organisasi. Didalamnya pasti terdapat banyak orang, dengan berbagai sifatnya, kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Pada intinya, dalam konteks ini kita akan membahas dua orang. Sebut saja Andi dan Bayu. Berawal ketika Andi melakukan suatu kesalahan dalam organisasi, akan tetapi dia mau bertanggungjawab atas kesalahannya tersebut. Anggap saja Andi tidak melaksanakan "Suatu Piket", kemudian untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya, Andi siap mengganti dengan "Piket" selama satu minggu, karena biasanya hanya satu hari piket dalam satu minggu. Bentuk tanggungjawab yang luar biasa bukan?. Jangan lihat dari berapa hari dia akan piket, tapi kemauan dia untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya tersebut.
Dalam hal ini, masih ada sosok Bayu yang belum kita bahas, dan tentu ini ada hubungannya dengan sosok Andi. Atas pertanggungjawaban dari Andi ini, Bayu merasa terkagum. Kemudian karena yang dilakukan Andi ini cukup inspiratif dalam organisasi, maka Bayu menyampaikannya dalam Rapat Organisasi. Menyampaikan bahwa yang dilakukan Andi perlu dan patut dicontoh oleh teman-teman. Meskipun hanya kesalahan sederhana.
Tapi taukah anda?
Seusai rapat, Andi menemui Bayu dan berkata "Bayu.. Kamu tau gak? Bentuk tanggungjawab yang aku lakukan, itu terinspirasi dari apa yang pernah kamu sampaikan...."
Cukup inspiratif bukan?
Menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain memang terkadang susah, namun dengan kondisi seperti yang dialami Bayu di atas, tak jarang juga datang tanpa kita sadari.
Semoga bermanfaat!!
2. Dikisahkan, sebuah keluarga mempunyai anak semata wayang. Ayah dan ibu sibuk bekerja dan cenderung memanjakan si anak dengan berbagai fasilitas. Hal tersebut membuat si anak tumbuh menjadi anak yang manja, malas, dan pandai berdalih untuk menghindari segala macam tanggung jawab.
Setiap kali si ibu menyuruh membersihkan kamar atau sepatunya sendiri, ia dengan segera menjawab, "Aaaah Ibu. Kan ada si bibi yang bisa mengerjakan semua itu. Lagian, untuk apa dibersihkan, toh nanti kotor lagi." Demikian pula jika diminta untuk membantu membersihkan rumah atau tugas lain saat si pembantu pulang, anak itu selalu berdalih dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal.
Ayah dan ibu sangat kecewa dan sedih melihat kelakuan anak tunggal mereka. Walaupun tahu bahwa seringnya memanjakan anaklah yang menjadi penyebab sang anak berbuat demikian. Mereka pun kemudian berpikir keras, bagaimana cara merubah sikap si anak? Mereka pun berniat memberi pelajaran kepada anak tersebut.
Suatu hari, atas kesepakatan bersama, uang saku yang rutin diterima setiap hari, pagi itu tidak diberikan. Si anak pun segera protes dengan kata-kata kasar, "Mengapa Papa tidak memberiku uang saku? Mau aku mati kelaparan di sekolah ya?"
Sambil tersenyum si ayah menjawab, "Untuk apa uang saku, toh nanti habis lagi?"
Demikian pula saat sarapan pagi, dia duduk di meja makan tetapi tidak ada makanan yang tersedia. Anak itu pun kembali berteriak protes, "Ma, lapar nih. Mana makanannya? Aku buru-buru mau ke sekolah."
"Untuk apa makan? Toh nanti lapar lagi?" jawab si ibu tenang.
Sambil kebingungan, si anak berangkat ke sekolah tanpa bekal uang dan perut kosong. Seharian di sekolah, dia merasa tersiksa, tidak bisa berkonsentrasi karena lapar dan jengkel. Dia merasa kalau orangtuanya sekarang sudah tidak lagi menyayanginya.
Pada malam hari, sambil menyiapkan makan malam, sang ibu berkata, "Anakku. Saat akan makan, kita harus menyiapkan makanan di dapur. Setelah itu, ada tanggung jawab untuk membersihkan perlengkapan kotor. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakannya dan akan terus begitu selama kita harus makan untuk kelangsungan hidup. Sekarang makan, besok juga makan lagi. Hari ini mandi, nanti kotor, dan harus juga mandi lagi. Hidup adalah rangkaian tanggung jawab, setiap hari harus mengulangi hal-hal baik. Jangan berdalih, tidak mau melakukan ini itu karena dorongan kemalasan kamu. Ibu harap kamu mengerti."
Si anak menganggukkan kepala, "Ya Ayah-Ibu, saya mulai mengerti. Saya juga berjanji untuk tidak akan mengulangi lagi."
http://hariannyahendri.blogspot.co.id/2015/04/cerita-inspiratif-tentang-sebuah.html
http://kisah-motivasi.com/blog/2013/08/sikap-tanggung-jawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar